Sabtu, 21 Maret 2009

TEORI BELAJAR

Guru/Dosen dan Teori Belajar/Teori Instruksional
Pendidik atau guru dan dosen harus memahami teori belajar dan teori instruksional. Teori belajar lebih bersifat deskriptif dalam membicarakan proses belajar. Teori belajar merupakan konsep dan prinsip-prinsip yang bersifat teoritis dan telah diuji kebenarannya melalui eksperimen. Sedangkan teori instruksional lebih bersifat preskriptif dan menerangkan apa yang seharusnya dilaksanakan untuk memecahkan masalah-masalah praktis di dunia pendidikan.
Teori belajar merupakan teori yang erat hubungannya dengan proses belajar mengajar. Pertanyaan-pertanyaan yang sering timbul sehubungan dengan proses belajar mengajar adalah antara lain : Bagaimana pengaruh faktor umur, inteligensi, bakat, kepribadian, kedewasaan, motivasi siswa terhadap kemampuan belajar? Apakah manfaat pemberian dorongan, penguatan, imbalan, insentif, dan hukuman di dalam proses belajar?
Lindgren (1976) mengatakan perlunya seorang guru/dosen memahami teori belajar dengan alasan sebagai berikut :
1. Teori ini membantu dosen untuk memahami proses belajar yang terjadi di dalam diri mahasiswa.
2. Dosen dapat mengerti kondisi dan faktor yang mempengaruhi proses belajar
3. Memungkinkan dosen melakukan prediksi yang akurat tentang hasil yang dapat diharapkan.
4. Merupakan sumber hipotesis tentang proses belajar yang dapat diuji kebenarannya melalui eksperimen, sehingga dapat meningkatkan pengertian seseorang tentang proses belajar mengajar.
5. Untuk meningkatkan penampilannya sebagai seorang pengajar yang efektif.
1
A. Teori Belajar
Teori belajar dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu : (1) Behaviorisme, (2) Kognitivisme, (3) Teori belajar berdasarkan Psikologi Sosial, dan (4) Teori belajar Gagne.
1. Behaviorisme
Menurut teori ini belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigm S-R (Stimulus-Respons), yaitu suatu proses yang memberikan respons tertentu terhadap yang datang dari luar.
Proses S-R ini terdiri dari unsur :
a. Dorongan atau drive, mahasiswa merasakan adanya kebutuhan dan terdorong untuk memenuhi kebutuhan ini.
b. Rangsangan atau Stimulus, yaitu kepada mahasiswa diberikan stimulus yang selanjutnya akan dapat menyebabkannya memberikan respon.
c. Respon, mahasiswa memberikan suatu reaksi (respons) terhadap stimulus yang diterianya dengan melakukan suatu tindakan yang dapat dilihat.
d. Penguatan atau Reinforcement, yang perlu diberikan kepada mahasiswa agar ia merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan respons lagi.
Behaviorisme menekankan pada apa yang dapat dilihat yaitu tingkah laku, serta tidak memperhatikan apa yang terjadi di dalam pikiran karena tidak dapat dilihat. Dengan demikian proses belajar menurut behaviorisme lebih diangap sebagai suatu proses yang bersifat mekanistik dan otomatis tanpa membicarakan apa yang terjadi selama di dalam diri mahasiswa yang belajar. Tokoh yang pertama kali menerangkan hubungan S-R ini adalah Thorndike

Beberapa teori belajar Behaviorisme yang terkenal adalah :
1). Classical conditioning (Pavlov).
Teori ini didasarkan atas reaksi sistem tak terkontrol di dalam diri seseorang dan reaksi emosional yang dikontrol oleh sistem urat syaraf otonom serta gerak refleks setelah menerima stimulus dari luar. Hubungan Stimulus dan respon dapat berupa refleks. Pembentukan respon terkondisi pada umumnya bersifat gradual.
2
Makin banyak diberikan stimulus terkondisi bersama-sama dengan stimulus tanpa kondisi, makin mantaplah respon terkondisi yang terbentuk, sampai pada suatu ketika tanpa adanya stimulus tanpa kondisi pun akan terbentuk respon terkondisi yang diharapkan.
2). Operant Conditioning (Skinner)
Teori ini menyatakan bahwa setiap kali memperoleh stimulus, maka seseorang akan memberikan respon berdasarkan hubungan S-R. Respon yang diberikan dapat sesuai (benar) atau tidak sesuai (salah) dengan apa yang diharapkan. Respon yang benar perlu dberikan penguatan (reinforcement) agar orang ingin melakukannya kembali.
Penguatan dapat diberikan secara kontinyu ataupun selang seling.
Kesimpulan dari percobaan Skinner adalah :
a). Tiap langkah dalam proses belajar dibuat pendek-pendek, berdasarkan tingkah laku yang pernah dipelajarinya.
b). Pada permulaan belajar perlu adanya penguatan atau imbalan.
c). Penguatan harus diberikan secepat mungkin begitu ada respon yang benar.
d). Individu yang belajar perlu diberi kesempatan untuk mengadakan generalisasi dan diskriminasi stimuli yang diteria karena hal ini akan memperbesar kemungkinan adanya keberhasilan.
Penguatan positif yaitu setiap stimulus yang keberadaannya dapat memantapkan respon yang diberikan, sedang penguatan negatif yaitu semua stimulus yang perlu dihilangkan untuk memantapkan respon yang diberikan. Apabila ada stimulus memantapkan respon yang diberikan dinamakan penguatan, sedang sebaliknya adanya stimulus yang melemahkan atau menghilangkan respon yang diberikan disebut hukuman.
Prinsip-prinsip teori Behaviorisme adalah :
a. Proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila mahasiswa ikut berpartisipasi secara aktif di dalamnya.
b. Materi pelajaran dibentuk dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutan yang logis.
c. Tiap-tiap respon perlu diberikan umpan balik secara langsung.
d. Setiap respon yang benar diberikan penguatan.
Contoh penerapan teori Behaviorisme adalah Pengajaran Terprogram, prinsip belajar tuntas, paket belajar mandiri dari komputer, dan lain-lain.
Kritik terhadap teori Behaviorisme adalah :
3
1). Apakah hasil percobaan terhadap binatang juga dapat diterapkan pada manusia?
2). Apakah hasil penelitian di Laboratorium akan relevan dengan situasi belajar yang sesungguhnya?
3). Apakah faktor sosial juga diperhatikan dalam penelitian di Laboratorium?
4). Bagaimana dengan pengalaman yang diperoleh siswa sebelumnya?

2. Kognitivisme
Kognitivisme sering disebut dengan model kognitif atau perceptual. Di dalam teori ini tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan-tujuannya. Menurut teori ini belajar adalah perubahan dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat dalam bentuk tingkah laku. Belajar merupakan proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan faktor-faktor lain. Proses belajar mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pengalaman sebelumnya.
Teori belajar yang didasarkan pada Kognitivisme yang sering dipakai dalam proses belajar mengajar adalah :
a. Teori Perkembangan Piaget
Perkembangan kognitif merupakan proses genetik yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Makin bertambah umur, makin komplekslah susunan sel syaraf dan makin meningkat pula kemampuannya.
Semakin dewasa seseorang menyebabkan perubahan kualitatif dalam struktur kognitifnya. Apabila menerima informasi baru, maka akan dimodifikasi sehinga cocok dengan struktur kognitifnya, yang disebut proses Asimilasi. Sebaliknya apabila struktur kognitifnya yang harus disesuaikan dengan informasi yang diterima disebut Akomodasi. Jadi asimilasi dan akomodasi akan terjadi apabila seseorang mengalami konflik kognitif atau ketidakseimbangan antara apa yang telah diketahui dengan apa yang dilihat atau dialaminya sekarang. Adaptasi akan terjadi apabila telah terdapat keseimbangan struktur kognitif. Tugas dosen adalah menyajikan materi yang haraus dipelajari mahasiswa sedemikian rupa sehingga menyebabkan adanya ketidakseimbangan kognitif pada diri mahasiswa. Dengan demikian mahasiswa akan berusaha untuk mengadaptasi informasi baru ke struktur kognitif yang telah ada.

4
Terdapat empat jenjang secara hirarkis dalam perkembangan kognitif seseorang yaitu : (1) Jenjang Sensorimotorik yang bersifat eksternal, (2) preoperasional, (3) Operasional konkrit, (4) Jenjang formal. Mahasiswa berada pada jenjang formal, sehingga mampu untuk berpikir abstrak/mengadakan penalaran.
Kelemahan-kelamahan teori Piaget adalah :
a). Belajar individual tidak dapat dialaksanakan karena untuk belajar mandiri diperlukan kemampuan kognitif yang lengkap dan kompleks yang tidak dapat diuraikan dalam jenajng-jenjang.
b). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketrampilan kognitif tingkat tinggi dapat dicapai oleh anak-anak yang belum mencapai umur yang sesuai dengan jenjang di teori Piaget.
c). Sebaliknya hasil penelitian menunjukkan bahwa banyakorang yang tidak mencapai tahap formal tanpa adanya manipulasi hal-hal yang bersifat konkrit.
d). Ketrampilan ternyata lebih baik dipelajari melalui urutan, bukan berdasarkan tahap umur.

b. Teori Kognitif Bruner
Perkembangan kognitif menekankan pada adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Piaget mengatakan bahwa perkembangan kognitif menyebabkan perkembangan bahasa seseorang, sebaliknya Bruner menyatakan bahwa perkembangan bahasa besar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif.
Perkembangan kognitif melalui 3 tahap yaitu : (1) enaktif, dimana individu melakukan aktivitas dalam usahanya memahami lingkungan, (2) ikonik, dimana ia melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal, (3) simbolik, dimana ia mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika. Main dewasa seseorang makin dominan sistem simbolnya, yang berarti sudah tidak lagi memakai sistem ikonik dan enaktif.
Untuk mengajar sesuatu tidak perlu ditunggu sampai anak mencapai suatu tahap perkembangan tertentu. Apabila bahan yang dierikan diatur dengan baik, maka individu dapat belajar meskipun umurnya belum memadai. Dengan perkataan lain perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya. Penerapan teori Bruner ini di dunia pendidikan disebut Kurikulum Spiral, dimana suatu subyek diberikan mulai dari
5
Sekolah Dasar sampai ke perguruan tinggi dengan menyajikan materi yang sama tetapi tingkat kesukaran berbeda. Materi disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa yang belajar. (Misalnya pelajaran Fisika dari SD sampai perguruan tinggi).
Kesimpulan dari prinsip teori Bruner adalah :
1) Makin tinggi perkembangan tingkat intelektual, makin meningkat pula ketidak tergantungan individu terhadap stimulus yang diberikan.
2) Pertumbuhan seseorang tergantung pada perkembangan kemampuan internal untuk menyimpan dan memproses informasi.
3) Perkembangan intelektual meliputi peningkatan kemampuan untuk mengutarakan pendapat dan gagasan melalui symbol.
4) Untuk mengembangkan kognitif seseorang diperlukan interaksi yang sistematik antara pengajar dan yang diajar.
5) Perkembangan kognitif meningkatkan kemampuan seseorang untuk memikirkan beberapa alternatif secara serentak, memberikan perhatian kepada beberapa stiluli dan situasi sekaligus, serta melakukan kegiatan-kegiatan.
Cara terbaik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai pada suatu kesimpulan (Discovery learning).

c. Teori Belajar Bermakna Ausubel
Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Belajar seharusnya merupakan apa yang disebut asimilasi bermakna. Untuk itu diperlukan dua persyaratan : (1) materi yang secara potensial bermakna, dan dipilih serta diatur oleh dosen dan harus sesuai dengan tingkat perkembangan serta pengalaman masa lalu, (2) Suatu situasi belajar yang bermakna. Faktor motivasional memegang peranan penting disini.
Langkah-langkah pembelajaran menurut teori Ausubel adalah :
1). Mengukur kesiapan mahasiswa (minat, kemampuan, struktur kognitif) melalui test awal, interview, review, pertanyaan dan lain teknik.
2). Memilih materi dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep kunci-kunci, mulai dengan contoh konkrit, controversial atau yang sifatnya aneh/tidak biasa.
3). Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasi dari materi baru itu.
4). Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari.
5). Memakai advance organizers.
6
6). Mengajar mahasiswa memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang ada, dengan memberikan focus pada hubungan-hubungan yang ada.
Prinsip Kognitivisme yang banyak dipakai dalam perancangan sistem instruksional adalah sebagai berikut :
a). Mahasiswa akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran disusun berdasarkan pola dan logika tertentu.
b). Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks.
c). Belajar dengan memahami lebih baik dari pada hanya dengan menghafal tenpa pengertian penyajian.
d). Adanya perbedaan individual pada mahasisa perlu diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi proses belajarnya.


3. Teori Belajar Berdasarkan Psikologi Sosial
Untuk mengatasi kritik dari penerapan Behaviorisme dan Kognitivisme, maka dipakailah prinsip teori psikologi, yaitu teori kepribadian dan psikologi sosial. Belajar pada dasarnya merupakan prose salami.Setiap orang mempunyai kebutuhan dan tujuan yang merupakan motivator penting untuk proses belajarnya.
Proses belajar merupakan proses yang terjadi melalui interaksi-interaksi sosial baik searah maupun dua arah.
Di dunia pendidikan memang terlihat bahwa suasana kelompok elajar, adanya persaingan dan kerjasama, kebebasan atau perasaan terkekang, nilai-nilai yang dianut kelompok. Semua faktor ini sangat mempengaruhi baik keerhasilan maupun kepuasan orang yang belajar. Proses belajar dengan mengkutsertakan emosi dan perasaan mahasiswa ternyata akan memberikan hasil yang lebh baik dibandingkan dengan hanya memanipulasi stimuli dari luar saja.

4. Teori Belajar Gagne
Teori belajar yang disusun Gagne merupakan perpaduan yang seimbang antara behaviorisme dan kognitivisme, yang berpangkal pada teori proses informasi. Cara berpikir seseorang tergantung pada : 1) ketrampilan apa yang telah dipunyainya, 2) ketrampilan serta hirarki apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu tugas.


Gagne menyebutkan adanya lima macam hasil belajar yaitu :
a. Ketrampilan intelektual atau pengetahuan prosedural yang diperoleh melalui materi yang disajikan di sekolah.
b. Strategi kognitif yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah baru dengan jalan mengatur proses internal.
c. Informasi verbal yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi yang relevan.
d. Ketrampilan motorik yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.
e. Sikap, yaitu kemampuan intern yang mempengaruhi tingkah laku seseorang dan didasari oleh emosi kepercayaan serta faktor intelektual.
Menurut Gagne belajar tidak merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah, tetapi hanya akan terjadi dengan adanya kondisi tertentu, yaitu kondisi (1) internal yang antara lain menyangkut kesiapan mahasiswa dan apa yang telah dipelajari sebelumnya, (2) eksternal, yaitu yang merupakan situasi belajar dan penyajian stimuli yang secara sengaja diatur oleh dosen dengan tujuan memperlancar proses belajar.

Sumber Referensi :
Toeti Soekamto, Udin Saripudin Winataputra, 1996. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Depdikbud Jakarta : Dirjen Dikti.

0 komentar:

Posting Komentar